RSS

14 Juli 2010

Akar Angin

Bisik embun menyapa gelisah
matanya layu
meronta pagi buta

seakan hendak buang mimpinya
dalam angkuhnya samudera

lalu tenggelam bersama akar angin tak berkelamin

Rintik Embun

Malam luruh bersama angin
memeluk sepi
terlelap pada peluk hangat rembulan

Rautnya ranum
memecah sunyi rintik embun
cium mesra bibirnya
lalu ku selipkan di jantungnya yang koyak

Langit-langit Mimpi

Rindu yang kutitipkan pada sepi
terbang bersama malam yang resah

Menatapku nanar
pecahkan langit-langit mimpi

Menggores dinding sunyi
singgah di belantara kemunafikan

Pupus dibibir bunga yang beranjak layu

Melati

Melati angkuh
sendiri di belantara sunyi

Menantang badai nurani
seperti hendak tikam takdirnya

Mentari menyapa hangat lembut di bibirnya
rupanya dia tak sendiri

Melati tetaplah melati
bukanlah maha dewi yang menguasai mimpi-mimpi

Senyum Yang Terbuang

Senyumnya yang terbuang kini
dia gantung di ujung rindu
Sementara manisnya dia tinggalkan di sela-sela kesunyian

Hanya tersisa butir-butir penyesalan di bibirnya
mengutuk sepi yang tak bertepi..