siang hendak pulang pada wajah malam
Tergurat senandung rindu burung ababil
dalam kepakan sayapnya yang merdu
Penghuni bumi terperangkap dalam kamuflase
Sementara ajal terus mengejarku tanpa lelah
Wajahnya menyala seperti hendak merajamku
Aku berlari
bersama detik-detik yang hampir patah
Meski aku tau esok
Takdir-Nya pasti memaksaku mencium keningnya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar