RSS

22 Juni 2009

FENOMENA DUKUN CILIK "PONARI"

Berbagai kalangan memberikan penilaian yang beragam terhadap praktek pengobatan alternatif yang dilakukan oleh Ponari, mayoritas kalangan ekonomi lemah berpendapat praktek pengobatan yang dilakukan oleh ponari ini agar tetap dilakukan mengingat sudah banyak pasien yang berobat kesana mengalami kesembuhan yang tak terduga sebelumnya, bahkan hampir 80% dari pasien yang berobat kesana menyatakan sembuh.
Pemerintah daerah setempat sendiri (Kabupaten Jombang) menyatakan kurang setuju dengan praktek pengobatan alternatif yang dilakukan oleh ponari dengan berbagai alasan maupun pertimbangan. Diantaranya yaitu karena Ponari dianggap masih terlalu kecil untuk melakukan praktek pengobatan mengingat dia masih duduk di bangku kelas Tiga Sekolah Dasar (SD) yang semestinya dia lebih fokus dulu untuk belajar dan masalah keamanan saat proses pengobatan.
Berbeda lagi dengan pendapat MUI Jawa Timur yang sepertinya agak terlalu dini memberikan fonis kepada praktek pengobatan alternatif yang dilakukan oleh Ponari sebagai sebuah kegiatan yang “syirik”, padahal sebuah media elektronik terkemuka di Jawa Timur sempat mewawancarai beberapa diantara pasien yang telah berobat maupun masyarakat sekitar Ponari hampir 90% menyatakan setuju dan tidak menganggap syirik dengan praktek pengobatan tersebut, karena mereka yakin bahwa yang menyembuhkan penyakit yang mereka derita bukanlah seorang ponari melainkan Allah Subhanahu Wata’ala yang memberikan keistimewaan kepada Ponari sebagai perantara penyembuhan, kemudian apa bedanya ketika kita berobat kepada dokter dan kemudian kita yakin bahwa yang menyembuhkan penyakit kita adalah seorang dokter apakah ini juga tidak merupakan suatu hal yang syirik? Rasanya tidak jauh berbeda dengan kisah Nabi Musa yang mempunyai tongkat yang diberi keistimewaan khusus oleh Allah sehingga dapat memecah lautan dan dapat berubah menjadi seekor ular raksasa dengan ijin-Nya, semua tidak ada yang sulit bagi Allah.
Tetapi jauh diluar itu kalo kita melihat lebih dalam fenomena ini merupakan kritik sosial khususnya bagi pemerintah yang sama sekali tidak peka terhadap kondisi masyarakat (rakyatnya), pemerintah yang memberikan janji-janji manis kepada rakyatnya dengan pengobatan murah maupun gratis bagi rakyat miskin atau kurang mampu sama sekali belum terealisasi secara maksimal sehingga ketika ada pengobatan alternatif dengan biaya yang sangat murah dan terbukti ampuh ternyata masih sangat banyak rakyat yang sakit dan sangat membutuhkan pengobatan karena tidak mampu berobat ke rumah sakit, maka mereka mencari tempat pengobatan alternatif yang relatif murah. Dan ternyata pasien yang datang kesana tidak hanya dari kalangan ekonomi lemah tetapi dari kalangan orang kaya, karena sebagian dari mereka sudah frustasi menjalani pengobatan secara konfensional (medis) tetapi tidak kunjung mendapatkan kesembuhan tetapi hanya menelan biaya yang begitu banyak. Hal ini juga merupakan sebuah tantangan bagi lembaga-lembaga layanan kesehatan utamanya rumah sakit agar meningkatkan kualitas pelayanannya kepada masyarakat agar tidak membuat masyarakat menjadi enggan untuk berobat.
Seandainya pemerintah bisa lebih bijak maka seharusnya pemerintah tidak menutup praktek pengobatan tersebut tetapi mencarikan jalan keluar yang lebih baik dengan cara menertibkan proses pengobatannya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti insiden pada hari-hari sebelumnya yang sempat menelan beberapa korban jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar